Oleh : Sapardi Djoko Damono
“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu
pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu
kau berjalanjalan bersama istrimu yang sedang mengandung
— ia hampir muntah
karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk
memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya. Kabarnya tadi sore
mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan
itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu:
“Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu — alangkah
indahnya!”
Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan
hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
0 comments:
Posting Komentar