tatkala
sang pujangga merayap
di antara remangnya duka
seiring bercak tinta di atas luka
goresan pena penuh iba
aku tersedu
menyaksikan erotisme sang pujangga
begitu jalang, begitu malang
aku terharu di antara seribu deru
mendengar sang pujangga yang egois
terlalu sadis dengan kalimat kritis
namun pesimis
ah, kau sang pujangga,
bilamana telah sampai dukaku di telingamu
aku senantiasa bersujud di hadapan Tuhanku
mengekspresikan rasa syukurku
karena kau tak tuli, sang pujangga
maaf, Tuhan
aku yang picik
aku yang licik
aku yang hina
aku yang papa
telah lancang menyampaikan kritik pada ciptaan-Mu
telah berani mencela karena ketulian mereka.
0 comments:
Posting Komentar